Selasa, 07 Juli 2009

Indahnya Jakarta Raya (hanya) saat KAA.. (November 11th, 2006)


Beberapa hari terakhir ini, keberadaan traktor dan kendaraan-kendaraan berat di Kebun Raya Bogor menjadi pandangan biasa, walapun tadinya orang-orang termasuk pengunjung dan tentunya gw pada bingung, ngapain juga itu kendaraan kuning yang biasa gw liat di proyek pembangunan apartemen di Jakarta, eeeeh, tiba-tiba aja gitu ada di Kebun Raya yang jelas-jelas penuh dengan tumbuhan nan hijau. Usut punya usut, ternyata mereka itu digunain buat ngebangun helipad (itu loh, landasan buat helikopter, ahhh, ga canggih ni, masa ga taw?). Dan gw semakin bingung? Gile banget, helipad di tengah Kebun Raya, yang bener aja? Sungguh tega nian orang yang merusak rumput-rumput indah bagaikan permadani itu. Belom sempet gw berkomentar yang lain, tiba-tiba gw liat berita lanjutan, gini kata yang baca berita..“Presiden Amerika, George W. Bush berencana akan mengunjungi Indonesia”. Weee, bukan main Indonesia, hebat dong ya si Bush mau dateng jauh-jauh ke Indonesia, padahal dia itu kan pemimpin negara adikuasa di dunia. Hm, tapi gw terhenyak tatkala si pembaca berita ngelanjutin bacanya..”Untuk menyambut kedatangan Bush, pemerintah mendirikan helipad di Kebun Raya Bogor…(and so on)”. Sampe kemudian…
Berita di hari-hari berikutnya, di tv, di koran, pokonya hampir di seluruh media yang ada di tanah air kita tercinta ini, adalah tentang penolakan terhadap kedatangan Bush tersebut, sampe Front Aksi Mahasiswa-nya UI yang terkenal sebagai pusatnya gerakan mahasiswa, ikut-ikutan juga nolak. Nah lo? Sebenernya kenapa yah? Bukannya kedatangan beliau harusnya disambut dengan tangan dingin? Menurut salah satu artikel yang gw baca di harian Kompas yang terbit 11 November 2006, puluhan sopir angkutan kota menentang karena takut penghasilan mereka berkurang, ada juga yang nentang karena Bush dianggap sebagai penjahat perang dan pelanggar HAM terberat (yang ada hubungannya sama Irak dan Guantanamo), serta masih banyak lagi aksi-aksi penolakan yang terjadi di berbagai provinsi di Indonesia.
Terlepas dari semua alasan di atas, yang seharusnya kita perhatikan itu adalah biaya untuk penyambutan sang Pemimpin negara adikuasa yang konon mencapai 6 miliar rupiah, yang juga dibenarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurut beliau, dana segitu besarnya (yang kalo dihibahin ke gw bisa gw beliin HP, laptop, ngebiayain orangtua gw naik haji sama investasi tanah plus bangunannya buat nanti kalo udah nikah..hahah, maap berhubung umur udah mau 20 tahun depan, jadi udah sedikit terpikirkan) itu ga berlebihan. Ckck, padahal gw pikir, sebagai anak FE yang tentu saja mempelajari prinsip ekonomi sejak SMA, dimana kita melakukan pengorbanan yang sesedikit-dikitnya untuk mencapai keuntungan yang maksimal, worth it ga si kita ngeluarin uang (yang dananya entah ada dalam APBN yang dianggarkan tahun ini ato ga, klo ga ada terus uangnya dapet darimana dong, masa harus ngutang lagi si, gw aja yang punya utang Cuma 1000 rupiah sama si Robert ngerasa ada beban dan malu, apa negara ini ga malu) sejumlah itu dengan keuntungan yang bakal didapat? Apalagi yang gw denger, Bush itu dateng ke Indonesia hanya untuk 6 jam dan helipad yang dibuat untuk beliau itu masih ga jelas permanen atau non-permanen, alias cuma bisa digunain dalam jangka pendek doang. Kalo non-permanen, hmm, berarti bakalan ada biaya lagi dong untuk menguruk dan mengembalikan semen+aspal itu jadi rumput? Menurut gw ini adalah hal yang sangat berlebihan..
Hal yang sama terjadi beberapa tahun lalu di Jakarta dan jalan menuju Bandung, Cuma mungkin kadarnya ga seheboh ini. Gw lupa kapan tepatnya, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan, yang jelas tiba-tiba jalan-jalan protokol di Jakarta berubah jadi indah banget. Tau kenapa? Di titik-titik jalan yang akan dilalui rombongan pimpinan negara di Asia dan Afrika tersebut, ditanamin berbagai jenis tanaman hias. Terus trotoar-trotoarnya dicat, ga ada sampah yang bertebaran pokonya indah banget d (walopun ga sampe ke slum area-nya). Jakarta bagaikan Singapura, bersiiih, rapiiiih.. Terus untuk ngubungin Jakarta dan Bandung yang tadinya kita musti lewat daerah Puncak, Jawa Barat (yang taw sendiri kan udah jalannya muter-muter, naik-turun pula) dibela-belain dibangun jalan tol yang sekarang dengan nama Tol Cipularang hanya dalam hitungan bulan. Walaupun tol yang sungguh sangat menyingkat waktu perjalanan itu, selesai tepat pada waktunya, yang terjadi kemudian adalah masih dalam hitungan bulan atau belum satu tahun tepat, di salah satu ruas jalan tol itu ambles. Berarti kita harus nambah cost kan?
Sebenernya warga negara pasti dapet juga si manfaat dari pendirian helipad (walopun yang ngerasain pasti Presiden atau pejabat, tapi mereka juga warga negara kan?), jalan tol, ataupun peng-indahan beberapa ruas jalan di Jakarta Raya, tapi yang gw sayangin manfaat itu ga sebanding sama cost yang dikeluarin. Soalnya semua itu ga dibarengin sama perawatan dan pemeliharaan untuk memperpanjang masa manfaatnya. Dan yang lebih disayangkan lagi, sadarkah kita, bahwa perbaikan, pembangunan, dan peng-indahan itu hanya dilakukan saat ada tamu dari negara asing? Jadi intinya si, kita ga akan ngeliat Jakarta, Bogor, Bandung, atau kota-kota lain di Indonesia jadi indah kalo ga ada tamu asing yang datang, ato ga pejabat penting negeri ini. Tanya ken apa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar