Senin, 13 Mei 2013

when you lose something you can't replace

What Ustad said on Twitter

Tweet-nya ustad menggiring ingatan gw ke dua minggu lalu. Merasa semakin berdosa karena gw memutuskan ukhuwah. I have tried to fix it, tapi sampai sekarang belum berhasil. Mungkin memang belum waktunya untuk bisa kembali normal. I know, people come and go. Permasalahannya, gw cuma ingin ketika orang keluar dari lingkaran kehidupan gw, ga meninggalkan ingatan yang buruk terhadap gw. Karena kecenderungan orang adalah mengingat hal buruk daripada mengingat hal baik, makanya ada peribahasa sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tak percaya, yang artinya kira-kira adalah sekali melakukan kesalahan fatal, tidak akan dipercaya lagi.

Mengingat kejadian dua minggu lalu memang bikin gw sakit. Bagaimanapun, dia salah satu teman terbaik gw, dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Terlepas dari semua rasa yang pernah menghiasi ruang hati gw dan dia, he's still my best friend. I miss him already. I miss seeing his name showed up on my phone.

Dear @bayu2298, would u like to forgive me and forget what i have done? Can we be friends and act like nothing was happend? It's okay if you wanna walk away. All i want is your forgiveness.

-----

Right after i wrote this post, there is a message coming to my phone, and i will quote it:
"yang lo mau maaf? ok, gw maafin. udah kan? tlg jgn ganggu gw ya, suka kesel kl inget kejadian yg kmrin."

-----

Ga lama, fix you-nya coldplay terdengar. Inikah akhir? Yang pasti, ini yang namanya kehilangan.

...when you lose something you can't replace... 


Pejambon, 14 Maret 2013

Rabu, 01 Mei 2013

To the one that I’ve never had


I screwed up everything
. Gw ga pernah mikir, kejadian ini bakal keulang lagi. Berantem gara-gara kesalahan kecil. Atau mungkin ini besar? Well, kalo aja dia tau, apa yang sebenernya dia tau alesan gw dibalik ini semua. Andai aja dia lebih bijak atau gw yang lebih bijak

Okay, gw salah, gw egois, ambil keputusan sepihak. Tapi bukankah sebelumnya dia percayakan semua ke gw? Katanya dua orang yang beda, ga akan pernah ketemu. Jadi ya, gw pikir semua keputusan is on my hand. Setidaknya itu yang gw tangkap. Okay, mungkin ini pembenaran atas kekacauan yang seharusnya ga terjadi. But hey, does he know, he's the reason I made this? So when he asked me to mention some reasons why he should go, yeah actually, it’s all about him.

Tapi kembali lagi, ini soal pilihan.Gw dihadapkan pada soal yang harus gw pecahkan, dengan waktu yang terbatas. Gw ga bisa pilih semuanya, karena jawabannya sudah pasti salah. Ibarat soal multiple choice, aturannya ya harus pilih salah satu yang menurut kita paling benar. Sekali lagi, menurut kita paling benar. Ada kemungkinan memang yang kita pilih salah. Kalau ternyata memang demikian, minimal kita udah berani melangkah. Daripada ga memililh sama sekali, lebih ga bernilai, atau malah ga bisa dinilai. Lagian menurut gw, kalau kita salah, toh masih ada kesempatan buat mengulang. Itulah pembelajaran.

In this case, gw ga tau ada kesempatan mengulang atau ga. Paling tidak gw belajar. Belajar untuk tidak tergantung lagi sama orang. Kita memang makhluk social, diciptakan untuk saling membutuhkan, saling ketergantungan, tetapi tidak yang berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan itu memang sangat tidak dianjurkan.

Dear you, sorry for all that I’ve done. Maaf karena gw mengecewakan. Well maybe that’s our last conversation. Then I have to go alone from now on. You go on your way, and so do I. No more nonton bareng, no more nge-dimsum bareng, no more everything. This is hard, but what can I do?

To the one that I’ve never had. Thank you. May God bless you always.

"I don't depend on people anymore because i'm tired of being disappointed." @damnitstrue