Rabu, 25 Januari 2012

meracau :p


Kata orang, ‘resah’ atau mungkin keresahan (lebih tepatnya) harus dijaga. “Biar kita ga kebuai, Wully”, begitu kata salah seorang teman. Resah bisa menimbulkan pergerakan, resah bahkan menciptakan perubahan. Yeay! Why not? Gw rasa gw setuju dengan pendapat itu. Menurut gw, kalo ga resah, kita jadi ga mikir. Apa coba yang mau dipikir, karena apa yang ada di sekeliling atau bahkan di dalam diri kita udah dirasa nyaman.
Apa penasaran bisa dikategorikan kepada resah? Gw sendiri ga ngerti, karna gw bukan pakar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, resah itu gelisah; tidak tenang; gugup; rusuh hati. Well, yang pasti (dan gw rasa sebagian besar kita mengalami), kalo lagi penasaran, kita jadi ga bisa diem. Terpaksa atau dipaksa, otak akan berputar, berpikir, lalu harusnya mendorong kita melakukan sesuatu.
Sebagai contoh, Ratna, temen gw, ‘gerah’ akan macetnya ibukota sampai dengan antrian Transjakarta yang begitu menggila. Aksinya, buat postingan di blognya, ibarat mengirimkan surat kepada Pemilik Jakarta Raya. Gw, bisa jadi emosi kalo liat orang buang sampah seenak-enak udelnya. So, gw bikin janji, ga akan buang sampah kecuali di tempatnya, kalau perlu lakuin aksi pungut kembali sampah di depan orang yang buang sampah sembarangan itu, biar sekalian malu. Mbak tiska, salah satu temen pulang naik kereta, paling ga bisa diem kalo kereta udah ngaret. Tentu saja, dia akan ngomel lalu bertanya sama siapapun yang ada di sana. Pada dasarnya gw atau mereka itu mengalami keresahan. So, gw dan mereka melakukan sesuatu.
Terbukti atau tidak ‘hipotesis asal’ gw ini, marilah sama-sama kita coba. Jaga si ‘resah’ biar ga kabur dari kehidupan kita. Biar kita tetap terbuka sama apa yang ada di hadapan kita. Mungkin kita juga bisa jadi lebih peka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar